Kisah Paduka Raja dan Semut
Pada saat dahulu kala jauh nun disana, di zaman kekaisaran kuno,
hiduplah seorang Paduka Raja yang sangat terkenal keadilannya. Paduka
Raja tersebut sangat mencintai rakyatnya. Bahkan Paduka Raja tersebut
dalam mencinta keluarganya tidak melebihi cintanya pada rakyatnya.
Sehingga kalau ada anggota keluarganya yang bersalah tetaplah di hukum
sebagaimana orang lain. Yang lebih istimewa lagi, Paduka Raja juga penyayang Binatang.
“Bagaimana kabarmu, Semut Imut?” tanya sang Paduka Raja.“Hamba baik-baik
saja Baginda,” jawab Semut Imut gembira.“Dari mana saja engkau pergi?”
“Hamba sejak pagi pergi ke beberapa tempat tetapi belum juga mendapatkan makanan, Baginda.”
“Jadi sejak pagi engkau belum makan? ”Benar, baginda.”,
Paduka Raja yang adil itu pun termenung sejenak. Kemudian berkata,
“wahai, Semut Imut. Beberapa banyak makanan yang engkau perlukan dalam
setahun?”
“Hanya sepotong roti saja baginda,” jawab Semut Imut.“Kalau begitu
maukah engkau kuberi sepotong roti untuk hidupmu setahun?”“Hamba sangat
senang, Baginda.”
“Kalau begitu, ayo engkau kubawa pulang ke istana,” ujar Paduka Raja, lalu membawa Semut Imut itu ke istananya. Semut Imut sangat gembira karena mendapatkan anugerah makanan dari sang Paduka Raja. Ia tidak susah-susah lagi mencari makanan dalam setahun. Dan tentu saja roti pemberian sang Paduka Raja akan lebih manis dan enak.
“Kalau begitu, ayo engkau kubawa pulang ke istana,” ujar Paduka Raja, lalu membawa Semut Imut itu ke istananya. Semut Imut sangat gembira karena mendapatkan anugerah makanan dari sang Paduka Raja. Ia tidak susah-susah lagi mencari makanan dalam setahun. Dan tentu saja roti pemberian sang Paduka Raja akan lebih manis dan enak.
“Sekarang engengkau masuklah ke dalam tabung yang telah kuisi sepotong
roti ini!” perintah sang Paduka Raja. “Terimakasih, Baginda. Hamba akan
masuk.”
“Setahun yang akan datang tabung ini baru akan kubuka,” ujar sang Paduka Raja lagi.“Hamba sangat senang, Baginda.”
Tabung berisi roti dan Semut Imut itu pun segera ditutup rapat oleh sang
Paduka Raja. Tutup tabung itu terbuat dari bahan khusus, sehingga udara
tetap masuk ke dalamnya. Tabung tersebut kemudian disimpan di ruang
khusus di dalam istana.
Hari-hari berikutnya sang Paduka Raja tetap memimpin rakyatnya. Berbagai
urusan ia selesaikan secara bijaksana. Akhirnya setelah genap setahun,
teringatlah sang Paduka Raja akan janjinya pada Semut Imut.
Perlahan-lahan Paduka Raja membuka tutup tabung berisi Semut Imut itu.
Ketika tutup terbuka, si Semut Imut baru saja menikmati roti permberian
Paduka Raja setahun lalu.
“Bagaimana kabarmu, Semut Imut?” tanya sang Paduka Raja ketika matanya
melihat Semut Imut di dalam tabung.“Keadaan hamba baik-baik saja,
Baginda.”Tidak pernah sakit selama setahun di dalam tabung?”
“Tidak baginda. Keadaan hamba tetap sehat selama setahun.”
Kemudian sang Paduka Raja termenung sejenak sambil melihat sisa roti
milik Semut Imut di dalam tabung.“Mengapa roti pemberianku yang hanya
sepotong masih engkau sisakan separuh?” tanya sang Paduka Raja.
“Betul, Baginda.”“Katanya dalam setahun engkau hanya memerlukan sepotong roti. Mengapa tak engkau habiskan?”
“Begini, Baginda. Roti itu memang hamba sisakan separuh. Sebab hamba khawatir jangan-jangan
Baginda lupa membuka tutup tabung ini. Kalau Baginda lupa membukanya,
tentu saja hamba masih dapat makan roti setahun lagi. Tapi untunglah
Baginda tidak lupa. Hamba senang sekali.”
Sang Paduka Raja sangat terkejut mendengar penjelasaan si Semut Imut
yang tahu hidup hemat. Sang Paduka Raja tersenyum kecil di dekat Semut
Imut.
“engkau Semut Imut yang hebat. engkau dapat menghemat kebutuhanmu. Hal
ini akan kusiarkan ke seluruh negeri agar rakyatku dapat mencotohmu.
Kalau Semut Imut saja dapat menghemat kebutuhannya, mengapa manusia
justru gemar hidup boros?”
“Sebaiknya Baginda jangan terlalu memuji hamba,” jawab si Semut
Imut.Semut Imut itu akhirnya mendapat hadiah lagi dari Paduka Raja.
Sebagai tanda terima kasih karena telah mengajarinya hidup hemat dan
sederhana