Tuesday, 2 February 2016

Cerita Jaka Tingkir

Jaka Tingkir
Jaka Tingkir Keris Kyai Setan Kober – merupakan sebuah pusaka Jaka Tingkir yang berwujud keris yang diciptakan oleh empu jawa asal dari jawa barat. Keris yang terkenal sakti ini adalah warisan pusaka dari Sunan Kudus untuk Jaka Tingkir. Pusakan tersebut belum pernah terkalahkan dan belum pernah tertandingi oleh siapapun semenjak di pegang oleh jaka tingkir. keris yang ditujukan untuk dipunyai oleh seseorang pemimpin daerah juga sebagai fasilitas tolak bala, serta mengamankan wilayahnya dari ada masalah mahluk halus maupun serangan gaib.
Keris kyai setan kober yang berwatak keras, berhawa panas serta angker menakutkan, bikin merinding siapa saja yang melihatnya. Masalah kegagalan Arya Penangsang itu juga bikin Sunan Kudus jadi cemas serta kuatir. Bagaimanakah bila Jaka Tingkir datang untuk menuntut balas? Siapa yang dapat hadapi? Sunan Kudus tidak mengerti begitu tinggi pengetahuan kanuragan yang dipunyai Adipati Adiwijaya itu hingga keris Kyai Setan Kober juga tak dapat melukai badannya sedikitpun. Arya Penangsang menekan Sunan Kudus supaya di beri ijin untuk mengadakan penyerangan ke Kadipaten Pajang, lantaran telah kepalang basah. Dari pada terserang duluan oleh Pajang, tambah baik menyerang duluan.
Tetapi Sunan Kudus menghalanginya. Sunan Kudus masih tetap mempunyai satu langkah lagi, masih tetap ada satu siasat untuk memancing Adipati Adiwijaya keluar untuk dimusnahkan semua pengetahuan kanuragan yang dipunyainya, supaya makin gampang membunuhnya. Siasat dikerjakan. Sunan Kudus dengan didampingi Sunan Bonang, mengundang Jaka Tingkir untuk dipertemukan dengan Arya Penangsang untuk usaha perdamaian. Tempat serta waktunya telah mereka atur. Sunan Kudus telah mempersiapkan 2 tempat duduk dari batu. Sunan Kudus mewanti-wanti agar Arya Penangsang tak duduk di batu di samping kanannya, lantaran batu itu batu keramat, berniat di ambil dari suatu candi serta bakal melunturkan kesaktian siapa saja yang duduk di atasnya. Batu itu disiapkan untuk Jaka Tingkir agar seluruhnya pengetahuan kesaktiannya luntur.
Namun ketika datang ke tempat pertemuan itu, Jaka Tingkir sudah tahu melalui rasa batinnya bahwa batu yang bakal didudukinya memiliki kandungan satu daya gaib negatif yang kuat. Sekalipun kegaiban batu itu masih tetap belum cukup kuat untuk punya pengaruh kepadanya, namun ia tidak ingin demikian saja termakan kelicikan mereka. Jaka Tingkir menampik untuk duduk sekalipun berulang-kali dipersilakan duduk, hingga Arya Penangsang juga menghinanya lantaran dikira takut duduk di batu itu. ” Silahkan saja anda yang duduk disitu bila berani! “, demikian kata Jaka Tingkir pada Arya Penangsang. Lantaran malu hati termakan oleh omongannya sendiri, pada akhirnya dengan menutup-nutupi kekhawatirannya, Arya Penangsang geser duduk di batu itu. Sebentar duduk di batu itu merasa oleh Arya Penangsang bahwa ada daya dingin yang mengalir masuk ke badannya serta merasa kekuatannya melemah, terhisap hilang ke batu itu.
Kegaiban batu itu sudah bekerja kepadanya. Beberapa Sunan juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi lantaran terlanjur telah berlangsung. Jaka Tingkir datang penuhi undangan itu dengan membawa keris Kyai Setan Kober sitaannya. Dihadapan Arya Penangsang serta Sunan Bonang, Jaka Tingkir menyerahkan keris itu pada Sunan Kudus, juga sebagai bukti perbuatan jahat Arya Penangsang kepadanya. Lalu sembari mengatakan banyak saran, Sunan Kudus menyerahkan keris itu kembali pada Arya Penangsang. Namun Arya Penangsang yaitu seseorang yang tinggi hati. Telah terlanjur malu, ia tidak ingin demikian saja terima dianya dipersalahkan. Sembari menghunus Setan Kober kerisnya ia menantang perang pada Jaka Tingkir. ” Perselisihan mesti dikerjakan dengan cara laki-laki! “, demikian tuturnya. ” Bila saya sendiri yang menusukkan keris ini ke badanmu, belum pasti anda masih tetap bakal dapat sombong “. Dengan cara refleks Jaka Tingkir juga mencabut kerisnya, berdiri siap bertarung dengan kerisnya di tangan kanannya.
Namun Sunan Kudus serta Sunan Bonang cepat-cepat melerai mereka serta memerintahkan Arya Penangsang menyarungkan kembali kerisnya. Pada akhirnya mereka semasing pulang dengan tak ada perdamaian diantara mereka. Untunglah ketika itu Arya Penangsang ingin menyarungkan kerisnya. Bila tak, pastilah telah tamat riwayatnya. Kesaktian Jaka Tingkir masih tetap terlampau tinggi. Kesiuran pancaran udara daya kesaktiannya merasa sekali saat ia refleks mencabut kerisnya serta siap bertarung dengan keris di tangan kanannya. Bila hingga berlangsung pertarungan, seluruhnya yang ada disitu tak ada yang dapat menahannya. Terlebih nyatanya keris yang ada di tangan Jaka Tingkir yaitu Kyai Sengkelat, keris yang tambah lebih sakti dibanding Kyai Setan Kober serta seluruhnya pusaka yang ada di Demak waktu itu. Berbarengan keris Kyai Sengkelat di tangan Jaka Tingkir, yang tak tahu darimana didapatkannya, sudah jadikan Jaka Tingkir seseorang yang tentukan tanding.
Kombinasi wahyu keris yang sudah menyatu dengan pribadi Jaka Tingkir sudah jadikan efektivitas wahyu keilmuan serta wahyu spiritual yang sudah ada pada dianya berlipat ganda ganda pengaruhnya. Jaka Tingkir dipenuhi dengan ilham untuk memperdalam, juga untuk membuat ilmu-ilmu baru. Ditambah lagi ia juga mewarisi ilmu-ilmu tua masa Singasari serta Majapahit. Saat sudah masak usianya Jaka Tingkir jadi salah seseorang manusia sakti yang susah sekali di cari tandingannya. Keris Kyai Sengkelat sudah temukan pasangannya, seseorang manusia berpribadi ksatria serta berbudi pekerti tinggi yang searah dengan pribadi wahyu keris itu, yang juga mempunyai wahyu raja didalam dianya, sesuai sama perkenan Dewa. Sesudah peristiwa itu Sunan Kudus memerintahkan Arya Penangsang untuk bertapa serta berpuasa 40 hari untuk memulihkan kembali kesaktiannya serta untuk ditambahkan dengan ilmu-ilmu baru yang lebih tinggi lagi.